Ketika Ulama Memberi Syafaat di Hari Kiamat
Di dalam sebuah riwayat khobar, dikisahkan bahwa ada seorang hamba yang dihisab (diperhitungkan) amal perbuatannya kelak di hari kiamat. Ternyata setelah amal-amal perbuatannya ditimbang di atas mizan (timbangan amal), unggullah amal-amal perbuatan buruknya melebihi amal-amal perbuatan baiknya.
Tentu saja berdasarkan undang-undang syariat, maka ia tergolong salah satu dari sekian banyak calon penghuni neraka. Tak lama berlangsung, Allah SWT pun memerintahkan malaikat untuk menyeret hamba itu menuju neraka.
Namun, di tengah perjalanan menuju neraka, Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril as, "Susullah hamba-Ku itu dan tanyakan kepadanya apakah dia pernah duduk bersama ulama semasa hidupnya di dunia ? sehingga Aku akan mengampuninya karena syafaat ulama".
Mendapatkan wahyu tersebut, Malaikat Jibril as pun segera menyusul seorang hamba yang hendak diseret ke dalam neraka itu. Setelah sampai dan bertemu dengannya, Malaikat Jibril pun bertanya, "Wahai hamba, apakah kamu pernah duduk bersama ulama semasa hidupmu di dunia ?". Sayangnya, hamba itu menjawab "tidak".
Malaikat Jibril as pun melaporkan jawaban yang telah diberikan hamba itu kepada Allah SWT, "Wahai Tuhanku, sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui atas keadaan hamba-Mu".
Lalu, Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril as untuk menanyakan pertanyaan selanjutnya, "Bertanyalah padanya apakah dia mencintai ulama' semasa hidupnya di dunia ?".
Malaikat Jibril pun kembali bertanya kepada hamba itu, "Apakah kamu mencintai ulama semasa hidupmu di dunia ?". Sayangnya, hamba itu masih menjawab "tidak".
Lalu, Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril as kembali bertanya kepada hamba yang tengah dalam perjalanan diseret menuju neraka itu, "Tanyakan kepadanya apakah dia pernah duduk menyuguhi sebuah hidangan bersama ulama sekali saja semasa hidupnya di dunia ?".
Malaikat Jibril as pun kembali bertanya kepada hamba itu, "Apakah kamu pernah duduk menyuguhi hidangan bersama ulama sekali saja semasa hidupmu di dunia ?". Lagi-lagi hamba itu masih menjawab "tidak".
Lalu, Allah SWT memerintahkan Malaikat Jibril as untuk bertanya lagi kepadanya, "Tanyakanlah kepadanya apakah dia pernah menempati sebuah tempat yang di dalamnya ada seorang yang alim tinggal ?".
Malaikat Jibril as pun bertanya kembali kepada hamba itu,"Apakah kamu dulu di dunia pernah menempati sebuah tempat yang di dalamnya ada seorang yang alim tinggal ?". Ya, lagi dan lagi, hamba itu tetap menjawab dengan jawaban yang sama, "tidak".
Dan untuk kesekian kalinya, Allah SWT memerintahkan lagi kepada Malaikat Jibril, "Tanyakanlah kepadanya apakah dia pernah mencintai seseorang yang mencintai ulama ?".
Segera, Malaikat Jibril as pun bertanya kepada hamba itu lagi, "Apakah kamu pernah mencintai seseorang yang mencintai ulama ?". Dan dari sekian banyak jawaban yang ia berikan, hamba itu pun akhirnya menjawab "iya".
Lalu Allah SWT memerintahkan kepada Malaikat Jibril untuk membebaskan hamba yang hendak diseret ke dalam neraka itu, "Peganglah tangannya dan masukkan dia ke dalam surga, karena dia pernah mencintai seseorang yang mencintai ulama. Aku mengampuni dosa-dosanya karena berkah dari orang itu".
Sumber riwayat : Kitab Daqoiqul Akhbar, Bab 33.
Penulis : Imam Abdur Rochim bin Ahmad Al-Qadli