Menikmati Pesona Pertanian Desa
Pertanian merupakan bumi asri yang menjadi tempat mengais rezeki oleh para petani. Petani merupakan pekerjaan dominan yang masih cukup menjanjikan di tanah air.
Berbagai macam tanaman ditanami dan ditumbuhkan dengan indah sehingga tampak beragam dan hijau. Sebab itu tidak jarang lahan pertanian tampak lebih memanjakan mata dibanding bangunan pencakar langit di kota-kota besar.
Meskipun terkenal dengan tempat yang panas dan melelahkan, namun tak jarang lahan pertanian yang luas dapat membuat raga ini betah untuk berlama-lama berteduh di sana.
Pada kesempatan kali ini saya mencoba menghabiskan waktu libur seharian untuk melihat pesona lahan pertanian milik kakek.
Lokasinya cukup jauh dari perumahan di desa, tapi untungnya motor dapat menuju ke sana walaupun jalanan dengan kondisi yang cukup melelahkan. Namun sesampainya disana telah akan terbayar.
1. Udara yang sejuk
Jutaan pohon rindang yang berjejer indah di sepanjang jalan membuat suasana di lahan pertanian tersebut tampak asri dengan udara yang sejuk.
Berteduh dibawah pepohonan membuat pikiran terasa tenang, paru-paru terasa sedikit dingin menghirup udara yang bersih itu.
Seketika bulu kudukku berdiri saat angin berhembus, bukan karena horor melainkan udara disana teramat sangat dingin.
Tak terasa matahari sudah mulai naik, bayang-bayangan pohon sudah tampak menjauh. Lembutnya sinar matahari tampak menghangatkan tubuhku.
Belum lagi apabila aku teringat akan masa kecilku. Menginap di hotel ladang menjadi hal yang paling dirindukan. Bara api yang setia menemani malam kami hingga pagi hari membuat suasana tidur menjadi hangat.
Tidak jarang sebelum tidur ibu selalu mengolesi minyak ke perutku "supaya tidak masuk angin" katanya.
Lain halnya ketika hari sudah pagi, udara yang teramat sangat dingin itu ditemani dengan hidangan teh panas buatan ayah. Menghidangkannya dengan ubi sambil menatap lambaian pepohonan.
Ingin sekali aku merasa kan kembali Memori Indah itu sebagai obat dari sengatan suasana kota.
2. Pemandangan yang mempesona
Tidak dapat dipungkiri kedua bola mata ini sangat terpukau dengan suasana alam yang hijau. Bukit-bukit tinggi yang saling berhaluan membuatku merasa dipenjara oleh alam.
Namun kali ini aku merasa nyaman di penjara itu sehingga tidak ingin kembali ke 'indahnya' bangunan kota.
Langit yang biru indah mulai mengintip perlahan, awan-awan mulai tertiup hilang. Perlahan rumput-rumput bahasa mulai mengering.
Aku mulai menghidupkan ponselku dan mencoba mengabadikan pemandangan langit yang kosong dan jajaran pohon sepanjang mata memandang. Lalu mencoba selfie dengan latar yang hijau.
Aku mencoba duduk di bawah pohon kelapa yang masih muda. Tiupan alam membuat kepasan daun kelapa itu terbangun dan mengusir burung burung yang lincah.
Sementara itu para petani sudah tampak mulai bekerja dari jauh, pakaian yang panjang serta senjata yang dibawa melambangkan semangat dan kerja keras.
Beralih ke bagian utara, puluhan kerbau sudah mulai bersahut-sahutan meminta di lepas dari kandang.
Suasana tersebut yang menanam pesona yang sempurna bagiku. Bentangan alam yang memikat dengan makhluk hidup yang tenang di dalamnya mendefinisikan sebuah kesejahteraan.
3. Lahan yang luas nan indah
Bentangan lahan pertanian yang sangat luas secara langsung memanjakan kedua bola mataku.
Ragam jenis tanaman yang ditanam secara rapi membuat pandangan ini tidak ingin berkedip.
Barisan jagung yang teramat sangat rapi membuatku terkesima memandang dari kejauhan.
Padi-padi yang melambai malu dihembus angin membuatnya melakukan gerakan serentak ke kanan dan ke kiri lalu ke kanan dan ke kiri lagi, seolah-olah tak merasa lelah mengoleng sepanjang hari.
Tidak ketinggalan biji biji kopi yang merah pekat membuatku tergoda untuk mengintipnya lebih dekat.
Aku berausaha menelusuri jalan yang agak terjal menghampiri kebun kopi tersebut.
Semakin luas rasanya pandanganku ketika menaiki sebuah pohon rambutan yang sayangnya belum berbuah kala itu. Penampakan di sekitarku tanpa bersaing menunjukkan pesonanya masing-masing.
Sementara itu angin tampak lebih gagah berhembus ketika aku berada di atas pohon rambutan tersebut, hangatnya pancaran sinar matahari pagi itu menjadi komplit dengan hembusan angin yang lembap.
4. Kuliner alam
Kuliner kerap dihubungkan dengan masak-memasak. Namun, di tempat ini kuliner langsung dimasak dan dihidangkan oleh alam.
Memetik buah secara langsung dari pohonnya yang masih nampak segar menjadi kesenangan tersendiri. Salah satunya adalah buah kelapa muda.
Walaupun cukup banyak buah-buahan di sana, kelapa muda menjadi incaran pertama saya, selain nampak segar terdapat ratusan buah kelapa yang menggantung di beberapa pohon membuat haluan ku bergeser ke sana.
Untuk mengambil buah kelapa muda cukup dengan memanjat langsung pohonnya, selain tidak terlalu tinggi juga disediakan tangga.
Air kelapa muda kampung yang sangat segar dan manis membuatku ketagihan untuk kembali mencicipinya. Daging kelapa yang masih lembut dan tipis menjadi sangat lezat untuk dilahap.
Sesuatu yang cukup menarik, disana kita hanya menggunakan sendok alami dari kulit kelapa langsung, sehingga menjadi lebih tradisional.
Tak terasa menuju jam makan siang, dihidangkan nasi merah beralaskan daun pisang. Beberapa resep makanan tradisional menjadi bumbu pelezat makanan siang tersebut.
Sangat sederhana memang, tapi rasanya lebih nikmat dibandingkan makanan di restoran mewah. Disini kita cukup makan di atas bukit di bawah pohon besar yang rindang sambil menikmati surga dunia yang luar biasa memukau.
Semua hal tersebut memang cukup menguak sedikit masa kecilku yang dulu sering tidur di ladang.
Perjalanan kali ini membuat aku untuk flashback kembali. Tidak ada yang bisa membuatku merasa terpukau selain bentangan alam yang indahnya tiada tara. Tidak ada kata yang dapat mewakili apa yang aku rasakan ketika sudah bermain dengan alam.
Semoga memori ini dapat aku masuki kembali nantinya. Selain mendekatkan diriku dengan semesta, pengalaman ini juga menjadi obat setelah bertahun-tahun merindu.